Toriqoh Naqsyabandiyyah

 

Rantai emas toriqoh Naqsyabandiyyah adalah dari Nabi Muhammad SAW kemudian sahabat Abu Bakar, Salman al-Farisi, Ja’far as-Sadiq, Bayazid Tayfur al-Bistami, Abdul Khaliq al-Ghujdawani, dan Muhammad Baha’uddin Uwaysi al-Bukhari yang dikenal sebagai Syeh Naqsyabandi dan dilanjutkan kepada guru-guru toriqoh berikutnya.

 

Dari zaman Sayyidina Ahmad al-Faruqi sampai zaman Syaikh Khalid al-Baghdadi disebut Naqsybandi-Mujaddidiyya. Dari masa Sayyidina Khalid al-Baghdadi sampai masa Sayiddina Syekh Ismail Shirwani disebut Naqsybandiyya-Khalidiyya.

 

Sahabat Abu Bakar merupakan sahabat terdekat Nabi SAW, sebagaimana diabadikan dalam Al Quran dengan kisahnya ketika berada di gua Tsur (QS At Taubah 40) yang artinya: “Salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita”. Abu Bakar juga merupakan orang yang paling dicintai Nabi Muhammad SAW, sebagaimana riwayat dari Amr bin Al Ash r.a. yang bertanya kepada Nabi SAW: “Siapa orang yang kau cintai? Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi: ‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)” (HR. Muslim).

 

Pengamal toriqoh Naqsyabandiyyah wajib menjalankan syariat berdasarkan Al Qur’an dan hadits dengan sebaik-baiknya.

 

Dengan melaksanakan amaliah toriqoh Naqsyabandiyyah kita berusaha agar senantiasa mendapatkan kondisi ihsan, sebagaimana hadis: “(Ihsan adalah) Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Diamelihatmu.” (HR Muslim).

 

Kita berusaha agar semua perbuatannya ditujukan hanya untuk Alloh SWT, sebagaimana doa:

إِلـــهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضــــَاك مَـــــــــــــــــــــــــــطْلُوْبِيْ

Ya Allah hanya Engkaulah yang hamba maksud dan Ridha-Mu yang hamba dambakan.

 

Manusia hidup seharusnya hanya untuk beribadah kepada Alloh SWT. sebagaimana dalam  QS Az-Zariyat, 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

 

Amalan toriqoh Naqsyabandiyyah bertujuan untuk merawat hati, yaitu menghilangkan sifat-sifat buruk (madzmumah) seperti riya, takabur, ujub, sum’ah dan lain-lain, dan menumbuhkan sifat-sifat baik (mahmudah). Dengan hati yang sehat, akan sehat pula lahir dan batinnya. Hadits Nabi SAW:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

 

Artinya “Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila ia baik maka akan baik pula seluruh tubuhnya. Dan apabila ia buruk maka buruk pula seluruh tubuh. Ketahuilah dia itu adalah hati”.

 

Amalan khas toriqoh Naqsyabandiyyah adalah melanggengkan dzikir Alloh agar terukir dalam hati. Naqsyabandi artinya “mengukir nama Alloh dengan sangat baik”. Amalan toriqoh Naqsyabandiyyah adalah amalan hati. Hadist Nabi: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian” (riwayat Muslim).

Dengan berdzikir, kita ingat kepada Alloh. Dengan ingat Alloh, kita akan berusaha untuk berbuat baik yang diridloi Alloh swt. Aamiin.

 

Open chat
Hubungi Kami
Waalaikumsalam
Ada yang bisa Kami Bantu